Allah Malu Menutup Pintu Rizki...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuQQsyzI_cXUMHfK6p1qJXzZxhyvNoaDKBq3eJjaxkpo01gKO7dJ3F61UHOHcoPnLjKPjOr3MCmWa-QbnxML_WCeisNU9hmWbt9P-N7HY1fEmjpNpqWIsF9xCsTdiYxxQrR1EXcYnSGdM/s1600/kran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuQQsyzI_cXUMHfK6p1qJXzZxhyvNoaDKBq3eJjaxkpo01gKO7dJ3F61UHOHcoPnLjKPjOr3MCmWa-QbnxML_WCeisNU9hmWbt9P-N7HY1fEmjpNpqWIsF9xCsTdiYxxQrR1EXcYnSGdM/s320/kran.jpg" width="320" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Seorang balita datang kepada Nabi Musa <em>'Alaihis Salam</em> dan meminta agar mendoakannya suapaya Allah menjadikan ia kaya. . . Nabi Musa bertanya kepadanya, "Apakah kamu mau Allah menjadikan kamu kaya pada 30 tahun pertama dari umurmu ataukah pada 30 tahun terakhir?</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Balita tadi bingung. Ia berpikir keras menimbang antara keduanya. Lalu pilihannya jatuh pada 30 tahun pertama dari umurnya. Sebab pilihannya tersebut, ia ingin menikmati harta tersebut pada waktu mudanya. Di tambah lagi ia tidak bisa menjamin bahwa umurnya bisa sampai 60 tahun. Ia melupakan kondisi tuanya yang penuh kelemahan, loyo, dan sakit.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Kemudian Nabi Musa mendoakannya. Allah mengijabahi doa tersebut dengan menjadikannya kaya di usia 30 tahun pertama dari umurnya. Mulailah Allah melimpahkan rizki yang banyak kepadanya.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Sekarang anak itu sudah menjadi dewasa. Ia menggunakan kekayaannya untuk membuakan pintu rizki bagi orang lain. Ia banyak membantu orang. Tidak hanya dengan hartanya. Tapi juga membantu mereka dengan membangun perdagangan, rumah produksi, dan pertanian mereka. Ia membiayai pernikahan orang-orang yang sudah siap. Menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang yang terlilit kebutuhan.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Berlalulah 30 tahun pertama. Bermula 30 tahun kedua. Nabi Musa setia menunggu apa yang akan terjadi. Beberapa tahun telah lewat. Sementara kondisi laki-laki tadi masih seperti semula, tetap kaya. Tidak berubah sedikitpun. Bahkan kekayaannya makin bertambah. Lalu Nabi Musa <em>'Alaihis Salam </em>menghadap Allah menanyakan, 30 tahun pertama sudah selesai. Maka Allah menjawab: Engkau dapati hambaku membukakan rizki untuk hamba-hamba-Ku, <a href="http://lankisau.blogspot.com/" target="_blank">Maka aku malu menutup pintu rizki-Ku kepadanya.</a></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ya Allah, betapa pemurah-Nya Engkau. Sungguh tak terkira keagungan-Mu. (Dinukil dari status Facebook Syaikh Nabil al-'Audhi)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Infak Akan Menambah Jumlah Harta</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Sesungguhnya harta yang diinfakkan untuk kebaikan akan mendatangkan keberkahan, yakni menambah kebaikan dari harta itu dan berkembang menjadi banyak. Ini sesuai dengan janji Allah yang akan memberikan untuk munfiqin balasan berlipat-lipat yang lebih besar dari apa saja yang telah mereka infakkan. Semua ini berlaku di dunia dan akhirat.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Allah <em>Subhanahu Wa Ta'ala </em>berfirman,</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;"><span>مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">“<em>Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.</em>” (QS. Al-Baqarah: 261)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Allah <em>Subhanahu Wa Ta'ala</em> berfirman,</span><br /> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;">            <span>يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">“<em>Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah</em>.” (QS. Al-Baqarah: 276)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Makna Allah menyuburkan sedekah adalah memperbanyak dan mengembangkannya di dunia. Sedangkan di akhirat, Allah menjaganya semenjak di keluarkan harta tersebut untuk infak. Penjagaan ini seperti seseorang menjaga benih yang ditanamnya dengan diperhatikan dan dipupuk sampai benih tersebut menjadi pohon yang besar. Atau seperti seseorang yang menjaga dan memelihara anak kuda yang masih kecil, ia beri makan dan ia rawat dengan baik sehingga menjadi kuda yang besar dan tangguh. Artinya pahala besar akan ia peroleh walaupun melalui infak yang sedikit. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Allah <em>Subhanahu wa Ta'ala </em>berfirman,</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;"> <span>وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">"<em>Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya</em>." (QS. Saba': 39)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ibnu katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas, “Apapun yang kamu infakkan dalam apa yang diperintahkan kepadamu atau yang dimubahkan, maka Dia akan memberikan gantinya untukmu di dunia, dan di akhirat dengan ganjaran dan pahala.”</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi, "Allah Ta'ala berfirman, “Berinfaklah, Aku akan berinfak untuk kalian.” (Muttafaq 'Alaih dari Abu Hurairah)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> juga tidak ketinggalan menjelaskan keajaiban sedekah dan menganjurkan untuk mengerjakannya,</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;"><span>مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">"<em>Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.</em>" (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> pernah bersabda kepada Bilal bin Rabbah <em>Radhiyallahu 'Anhu</em>, "Berinfaklah wahai Bilal! Dan janganlah kamu takut berkurang harta (fakir) dari Sang Pemilik Arsy (Allah)."  (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Al-Thabrani dalam al-Kabir, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykat, no. 1885)</span></div> <span style="font-size: small;"> Ringkasnya, bahwa sedekah atau infak yang dikeluarkan oleh seseorang –hakikatnya- tidak mengurangi dan menghabiskan hartanya. Tapi sebaliknya, ia menjadi jalan keberkahan bagi hartanya dan semakin bermanfaat bagi pemiknya di dunia dan akhirat. Wallahu Ta’ala A’lam. </span>

Allah Malu Menutup Pintu Rizki...

Seorang balita datang kepada Nabi Musa 'Alaihis Salam dan meminta agar mendoakannya suapaya Allah menjadikan ia kaya. . . Nabi Mus...

Baca selengkapnya »

Petunjuk Pelaksanaan Zakat Fitrah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPO61F6UYCf7DVIOsBzMQkCNELA6S0_YBuGesZ96ZgI47KrqYzu9IA10lI7yNPVAkc7AXlbYggUibIzz1NFCzasYMcrFvVo8L4-PzBOazZLhaEz9zHfhRhdmTGBfOys3xywW4cjKf1qXk/s1600/zakat+fitrah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPO61F6UYCf7DVIOsBzMQkCNELA6S0_YBuGesZ96ZgI47KrqYzu9IA10lI7yNPVAkc7AXlbYggUibIzz1NFCzasYMcrFvVo8L4-PzBOazZLhaEz9zHfhRhdmTGBfOys3xywW4cjKf1qXk/s320/zakat+fitrah.jpg" width="320" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, rahmat bagi semesta alam, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Zakat fitrah adalah zakat/sedekah yang diwajibkan untuk dikeluarkan dengan selesainya puasa bulan Ramadhan. Hal ini sebagai pembersih bagi seorang shaim atas puasanya dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk. Di samping itu, juga sebagai bentuk belas kasih kepada orang-orang miskin agar mereka memiliki kecukupan saat hari bahagia (hari raya) sehingga tidak meminta-minta.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Dari Ibnu Abbas <em>Radhiyallahu 'Anhuma</em>, ia berkata:</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;"><span>فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ ، وَالرَّفَثِ ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ ، فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنْ الصَّدَقَاتِ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">"Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk, dan sebagai makanan untuk orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya sebelum shalat 'Ied, maka terhitung sebagai zakat yang diterima; dan barangsiapa menunaikannya sesudah shalat, maka terhitung sebagai sedekah sebagaimana sedekah lainnya." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dishahihkan Imam al-hakim. Namun yang lebih kuat statusnya adalah hasan)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Siapakah yang wajib mengeluarkannya?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Dari Ibnu Umar <em>Radliyallahu 'Anhu</em>, berkata:</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;"><span>فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ اَلْفِطْرِ, صَاعًا مِنْ تَمْرٍ, أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ: عَلَى اَلْعَبْدِ وَالْحُرِّ, وَالذَّكَرِ, وَالْأُنْثَى, وَالصَّغِيرِ, وَالْكَبِيرِ, مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ اَلنَّاسِ إِلَى اَلصَّلَاةِ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">"Rasulullah <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha' kurma atau satu sha' gandum, atas budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, anak kecil dan orang besar dari kalangan orang Islam. Dan beliau memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-orang pergi menunaikan shalat ('idul Fitri)." (Muttafaq Alaih)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> telah menerangkan dalam hadits di atas bahwa zakat fitrah diwajibkan atas semua orang Islam, besar ataupun kecil, laki-laki atau perempuan, dan orang merdeka atau hamba sahaya. Akan tetapi untuk anak kecil ditanggung zakatnya oleh walinya.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ibnu Hajar <em>rahimahullah</em> berkata: "Yang nampak dari hadits itu bahwa kewajiban zakat dikenakan atas anak kecil, namun perintah tersebut tertuju pada walinya. Dengan demikian, kewajiban tersebut ditunaikan dari harta anak kecil tersebut. Jika tidak punya, maka menjadi kewajiban yang menanggung nafkahnya, ini merupakan pendapat jumhur ulama." (Fathul Bari 3/369; lihat at-Tamhid 14/326-328, 335-336).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Nafi' <em>radliyallahu 'anhu </em>mengatakan: "Dahulu Ibnu 'Umar menunaikan zakat anak kecil dan dewasa, sehingga dulu, dia benar-benar menunaikan zakat anakku." (Shahih, HR. Bukhari)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Sementara budak –yang pada dasarnya tidak memiliki sesuatu sehingga Jumhur ulama berpendapat tidak wajib atasnya- ditanggung oleh tuannya, berdasarkan hadits Ibnu Umar <em>Radhiyallahu 'Anhuma</em>: "Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> telah mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha' kurmadan satu sha' gandum atas setiap budak atau orang merdeka, anak kecil atau orang dewasa."</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Demikian juga bagi budak/hamba sahaya, zakatnya diwakilkan oleh tuannya. (Fathul Bari 3/369).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Apakah selain muslim terkena kewajiban zakat?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Zakat fitrah hanya wajib atas orang muslim. Karena ia bagian dari ibadah dan pembersih bagi orang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan tercela. Oleh sebab itu, orang kafir bukan termasuk golongan yang wajib berzakat. Dan secara umum, Islam menjadi syarat diterimanya amal shalih seseorang sehingga ia menjadi syarat menurut Jumhur ulama. Dan disiksanya mereka diakhirat hanyalah karena meninggalkannya. Karenanya, Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda dalam hadits Ibnu Umar di atas, "dari kalangan orang Islam."</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Bagaimana dengan anak yang kafir, apakah ayahnya yang muslim berkewajiban mengeluarkan zakatnya?</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Jawabnya: Tidak. Karena Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> memberikan catatan pada ujung hadits di atas, bahwa kewajiban itu berlaku bagi orang Islam. walaupun dalam hal ini ada juga yang berpendapat tetap dikeluarkan zakatnya. Namun, pendapat tersebut tidak kuat, karena tidak sesuai dengan dzahir hadits.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Apakah janin wajib dizakati?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Janin tidak wajib dizakati. Karena Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> mewajibkan zakat fitrah kepada anak kecil, sedangkan janin tidak disebut anak kecil, baik dari sisi bahasa maupun adat. Bahkan Ibnul Mundzir <em>rahimahullah</em> menukilkan ijma' tidak diwajibkannya zakat fitrah atas janin. Walaupun juga, ada yang berpendapat bahwa janin tetap dizakati. Seperti sebagian riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Hazm dengan catatan bahwa janin tersebut sudah berumur 120 hari.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Pendapat lain dari Imam Ahmad adalah sunnah. Namun dua pendapat terakhir ini lemah, karena tidak sesuai dengan hadits.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Orang tidak mampu apa wajib zakat?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ibnul Qayyim <em>rahimahullah</em> mengatakan: "Bila kewajiban itu melekat ketika ia mampu melaksanakannya kemudian setelah itu ia tidak mampu, maka kewajiban tersebut tidak gugur darinya. Dan tidak menjadi kewajibannya (yakni gugur) jika ia tidak mampu semenjak kewajiban itu mengenainya." (Badai'ul Fawaid 4/33).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Adapun kriteria tidak mampu dalam hal ini, Imam asy-Syaukani  <em>rahimahullah </em>menjelaskan: "Barangsiapa yang tidak mendapatkan sisa dari makanan pokoknya untuk malam hari raya dan siangnya, maka tidak berkewajiban membayar zakat fitrah. Apabila ia memiliki sisa dari makanan pokok hari itu, ia harus mengeluarkannya bila sisa itu mencapai ukurannya (zakat fitrah)." (ad-Darari 1/365, ar-Raudhatun Nadiyyah 1/553, lihat pula fatawa Lajnah Daimah 9/369).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Dalam bentuk apa zakat fitrah dikeluarkan?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Dalam hal ini dijelaskan oleh hadits Abu Sa'id al-Khudri <em>radliyallah 'anhu</em>, berkata: "Kami memberikan zakat fitrah di zaman nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> sebanyak 1 sha' dari makanan, I sha' kurma, 1 Sha' gandum, ataupun 1 Sha' kismis (anggur kering)." (HR. Bukhari dan Muslim).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Kata "makanan" maksudnya adalah makanan pokok penduduk suatu negeri, bisa berupa gandum, jagung, beras, atau lainnya. Yang mendukung pendapat ini adalah riwayat Abu Sa'id yang lain, beliau mengatakan: "Kami mengeluarkan (zakat fitrah) berupa makanan di zaman Rasulullah <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> pada hari 'Idul Fitri." Beliau mengatakan lagi, "dan makanan kami pada saat itu adalah gandum, kismis, susu kering, kurma." (HR. Bukhari).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Di sisi lain, zakat fitrah bertujuan untuk memberikan makan bagi fakir dan miskin. Sehingga seandainya diberi sesuatu yang bukan dari makanan pokoknya maka tujuan itu menjadi kurang tepat.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: right;"> <span style="font-size: small;"><span>فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ</span></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">"Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk, dan sebagai makanan untuk orang-orang miskin." (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Inilah pendapat yang kuat yang dipilih jumhur (mayoritas) ulama.  Di antaranya pendapat Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Mundzir, Ibnul Qayyim, Ibnu Bazz, dan lainnya.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ada juga pendapat yang membatasi zakat fitrah hanya dalam bentuk yang disebutkan dalam hadits Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>. Ini hanya salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun, pendapat ini lemah.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Bolehkah mengeluarkannya dalam bentuk uang?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam hal ini. <strong><em>Pendapat Pertama</em></strong>, tidak boleh mengeluarkan dalam bentuk uang. Ini adalah pendapat Imam Malik, asy-Syafi'i, Ahmad, dan Abu Dawud. Alasannya, syariat telah menyebutkan apa yang mesti dikeluarkan, sehinga tak boleh menyelisihinya. Zakat juga tidak lepas dari bagian ibadah, maka yang seperti ini bentuknya harus mengikuti perintah Allah <em>subhanahu wata'ala</em>. Selain itu, jika dengan uang maka akan membuka peluang untuk menentukan sendiri harganya. Sehingga menjadi lebih selamat jika menyelaraskan dengan apa yang disebutkan dalam hadits.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Imam an-Nawawi <em>rahimahullah </em>mengatakan, "Ucapan-ucapan Imam Syafi'i sepakat bahwa tidak boleh mengeluarkan zakat dengan nilainya (uang)." (al-Majmu': 5/401).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Abu Dawud <em>rahimahullah</em> mengatakan, "Aku mendengar Imam Ahmad ditanya: 'bolehkan saya memberi uang dirham –yakni dalam zakat fitrah-?' beliau menjawab: 'saya khawatir tidak sah, menyelisihi sunnah Rasulullah'."</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ibnu Qudamah <em>rahimahullah</em> mengatakan, "Yang tampak dari Madzhab Ahmad bahwa tidak boleh mengeluarkan uang pada zakat (fitrah)." (al-Mughni, 4/295).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Pendapat ini pula yang dipilih oleh Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, dan Syaikh Shalih al-Fauzan <em>rahimahumullah</em>. (lihat Fatawa Ramadlan, 2/918-928).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong><em>Pendapat Kedua</em></strong>, boleh mengeluarkannya dalam bentuk uang yang senilai dengan apa yang wajib ia keluarkan dari zakatnya, dan tidak ada beda antara keduanya. Ini adalah pendapat Abu Hanifah. Dan pendapat pertama itulah yang kuat.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Atas dasar itu, bila seorang muzakki (yang mengeluarkan zakat) memberi uang pada amil, maka amil diperbolehkan menerimanya jika posisinya sebagai wakil dari muzakki. Selanjutnya, amil tersebut membelikan beras, misalnya, untuk muzakki dan menyalurkannya kepada fuqara' dalam bentuk beras, bukan uang.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Namun, sebagian ulama membolehkan mengganti harta zakat dalam bentuk uang dalam kondisi tertentu, tidak secara mutlak. Yaitu ketika hal itu lebih bermaslahat bagi orang-orang fakir dan lebih mempermudah bagi orang kaya.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ini merupakan pilihan Ibnu Taimiyyah <em>rahimahullah</em>. Beliau berkata, "boleh mengeluarkan uang dalam zakat bila ada kebutuhan dan maslahat. Contohnya, seseorang menjual hasil kebun dan tanamannya. Jika ia mengeluarkan zakat 1/10 (sepersepuluh) dari uang dirhamnya maka sah. Ia tidak perlu membeli kurma atau gandum terlebih dahulu. Imam Ahmad telah menyebutkan kebolehannya." (Dinukil dari Tamamul Minnah, hal. 380).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Beliau juga mengatakan dalam Majmu' Fatawa (25/82-83), "yang kuat dalam masalah ini bahwa mengeluarkan uang tanpa kebutuhan dan tanpa maslahat yang kuat maka tidak boleh . . . . . karena jika diperbolehkan mengeluarkan uang secara mutlak, maka boleh jadi si pemilik akan mencari jenis-jenis yang jelek. Bisa jadi juga dalam penentuan harga terjadi sesuatu yang merugikan. . . . Adapun mengeluarkan uang karena kebutuhan dan maslahat atau untuk keadilan maka tidak mengapa . . . ."</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ibnu Taimiyyah: "yang kuat dalam masalah ini bahwa mengeluarkan uang tanpa kebutuhan dan tanpa maslahat yang kuat maka tidak boleh." Pendapat ini dipilih oleh Syaikh al-Albani <em>rahimahullah</em> sebagaimana disebutkan dalam Tamamul Minnah.  (hal. 379-380).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Jika memilih pendapat ini, yang perlu diperhatikan, haruslah sangat memperhatikan sisi maslahat yang disebutkan tadi dan tidak boleh sembarangan dalam menentukan, sehingga berakibat menggampangkan masalah ini.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah (III/109) mengatakan, "Pada dasarnya mengeluarkan zakat fitrah harus berdasarkan nash yang ada. Tidak boleh diganti dengan harganya kecuali karena darurat, kebutuhan, atau mashlahat yang dominan. Apabila demikian maka boleh mengeluarkan dengan harganya."</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Ukuran yang dikeluarkan</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Dari hadits-hadits yang lalu, jelas sekali bahwa Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> menentukan ukuran zakat fitrah adalah 1 sha'. Tapi berapa 1 sha' itu?</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">1 sha' sama dengan 4 mud. Sedangkan 1 Mud sama dengan 1 cakupan dua telapak tangan yang berukuran sedang. Lalu berapa bila diukur dengan kilogram (Kg)? Tentu yang demikian ini tidak bisa tepat dan hanya bisa diperkirakan/ditaksir. Oleh karenanya, ulama pun berbeda pendapat ketika mengukurnya dengan kilogram. Dalam Shahih Fiqih Sunnah, 1 sha': 2, 157 Kg.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Dewan Fatwa Saudi Arabia atau al-Lajnah ad-Daimah yang diketuai Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz memperkirakan <strong>3 Kg.</strong> (Fatawa al-Lajnah, 9/371).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Adapun Syaikh Ibnu Utsaimin berpendapat sekitar <strong>2,040 Kg.</strong> (Fatawa Arkanil Islam, hal. 429).</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong>Siapa penerima zakat fitrah?</strong></span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Para ulama berselisih tentang siapa yang berhak menerima zakat fitrah dalam dua pendapat: <strong><em>Pertama</em></strong>, Zakat fitrah hanya diberikan kepada fuqara' dan orang-orang miskin berdasarkan nash yang menyebutkan tentang hikmahnya, "Dan sebagai makanan untuk orang-orang miskin." Dan penyebutan secara khusus ini menjadi dalil bahwa yang berhak menerima zakat fitrah adalah kaum miskin, bukan selain mereka. (Lihat Ithaf al-Kiram, ta'liq atas Bulughul Maram, Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri: 177)</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Ini adalah pendapat Malikiyah dan pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa: 25/72.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><strong><em>Kedua</em></strong>, penerima zakat fitrah adalah delapan golongan penerima zakat. Ini adalah pendapat jumhur ulama, kecuali Malikiyah. Di antara alasannya, disebutkannya sebagaian ashnaf (penerima zakat), tidak berarti menghususkan pada mereka saja.</span></div> <span style="font-size: small;"> </span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Pendapat yang lebih rajih (kuat) adalah pendapat pertama, demikian menurut pengarang Shahih Fiqih Sunnah. Alasannya, karena selaras dengan disyariatkannya zakat fitrah, yaitu sebagai "makanan bagi orang-orang miskin."</span></div> <span style="font-size: small;"> Alasan lainnya, karena zakat fitrah serupa dengan kafarah. Yakni sebagai penebus atas kekurangan dan aib dalam pelaksanaan ibadah shiyam. Karenanya, tidak sah kecuali diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. Wallahu Ta'ala A'lam.</span>

Petunjuk Pelaksanaan Zakat Fitrah

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, rahmat bagi semesta al...

Baca selengkapnya »

PBB Desak Penyelidikan Dugaan Eksekusi

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8YGMiV34DH7LT-vwMjD-nKP9AO0Uv4tydyI_fKbboqM5qy3VI2QXIMp3Zb1vauT0Lsumy_m7JWZHULX3l5Xlp3tpT5g__gi-Kp21gHkefpumulT-eF3JuMPluLW41sk8A0x0fJcBMXes/s1600/ilustrasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8YGMiV34DH7LT-vwMjD-nKP9AO0Uv4tydyI_fKbboqM5qy3VI2QXIMp3Zb1vauT0Lsumy_m7JWZHULX3l5Xlp3tpT5g__gi-Kp21gHkefpumulT-eF3JuMPluLW41sk8A0x0fJcBMXes/s320/ilustrasi.jpg" width="320" /></a></div> <span style="font-size: small;">Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, pada Jumat (2/8/2013), mendesak "penyelidikan independen menyeluruh" atas tuduhan eksekusi yang dilakukan pasukan oposisi Suriah terhadap pasukan Pemerintah Suriah di Khan Al-Assal, sebuah distrik di pedesaan Aleppo.<br /> <br /> Rekaman yang diambil oleh pasukan oposisi di Khan Al-Assal telah diposting di internet antara 22 dan 26 Juli. Salah satu rekaman video menunjukkan, tentara pemerintah diperintahkan untuk berbaring di tanah, sementara yang lain menunjukkan beberapa jenazah tersebar di sepanjang lokasi.<br /> <br /> Pillay mengatakan, tuduhan-tuduhan itu "sangat mengejutkan". "Perlu ada penyelidikan independen menyeluruh untuk menentukan apakah kejahatan perang telah dilakukan. Dan, mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan tersebut harus dibawa ke pengadilan," kata Pillay, seperti dikutip dari Xinhua.<br /> <br /> Dia mengatakan, timnya di wilayah itu telah menyelidiki laporan, dan telah memeriksa video dan data-data yang dikumpulkan dari orang-orang di Aleppo.<br /> <br /> "Berdasarkan analisis oleh tim saya, sampai saat ini kami percaya kelompok oposisi bersenjata dalam satu insiden yang didokumentasikan oleh video, mengeksekusi sedikitnya 30 orang, sebagian besar dari mereka tampaknya menjadi tentara," kata Pillay.<br /> <br /> “Peristiwa di Khan Al-Assal adalah bukti lebih lanjut, bahwa pelanggaran mencolok hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional yang dilakukan oleh semua pihak, telah secara tragis menjadi norma dalam konflik Suriah, kata Pillay.<br /> <br /> Pillay mengingatkan pihak-pihak yang terlibat konflik, bahwa tentara yang ditangkap dan terluka, harus diperlakukan secara manusiawi dan sesuai dengan hukum internasional.</span>

PBB Desak Penyelidikan Dugaan Eksekusi

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, pada Jumat (2/8/2013), mendesak "penyelidikan independen menyeluruh"...

Baca selengkapnya »

400 Ribu Orang Terjebak di Homs

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsIS8-tAay79jZLiDaKfXre3rJ1mCCyxpMjo2ZjoiZq3_9TUuTjhrFCMwR9lnJpk4w8N1hldCPHSl-JktUOAPrKBaH73qijPdoS0gsDo3X-uxBWwGdTTWHILyjBh5dc8WQfFYq0pGE_Hg/s1600/bom.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsIS8-tAay79jZLiDaKfXre3rJ1mCCyxpMjo2ZjoiZq3_9TUuTjhrFCMwR9lnJpk4w8N1hldCPHSl-JktUOAPrKBaH73qijPdoS0gsDo3X-uxBWwGdTTWHILyjBh5dc8WQfFYq0pGE_Hg/s320/bom.jpg" width="320" /></a></div> <span style="font-size: small;">PBB menyuarakan keprihatinan mereka atas nasib perempuan dan anak-anak yang terperangkap di Kota Homs, Suriah, Sabtu (3/8/2013). PBB kemudian mendesak semua pihak yang berkonflik di Suriah untuk membuka akses bantuan bagi sekitar 400 ribu warga sipil yang terperangkap di Homs.<br /><br />"Kondisi anak-anak dan perempuan di Kota Homs memburuk dengan cepat," ungkap UNICEF dalam sebuah pernyataan. "Pos pemerikasaan yang baru telah menghalangi sejumlah pasokan bantuan masuk ke wilayah al-Waerm," imbuh isi pernyataan itu.<br /><br />"Tidakkah semua pihak yang bertikai satu suara, bahwa perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa di Kota Homs harus terhindar dari semua penderitaan," tanya Anthony Lake, Direktur Eksekutif UNICEF.<br /><br />Lake mengatakan, sekitar 400 ribu warga sipil, yang mayoritas perempuan dan anak-anak terpaksa mengungsi ke luar wilayah Homs, tepatnya ke al-Waer. Saat ini, mereka semua tinggal dalam di gedung-gedung umum, seperti sekolah dan bangunan darurat lainnya.<br /><br />"Tapi, hari demi hari situasi semakin memburuk, serangan roket, mortir dan pertempuran antara pemberontak dan tentara Suriah terus memakan korban jiwa," ungkap Lake.<br /><br />UNICEF mengatakan, sejumlah lembaga berupaya mendistribusikan kebutuhan dasar bagi para korban perang dan menjamin akses air bagi warga sipil yang berusaha menyelamatkan diri. "Air dan listrik masih tersedia untuk beberapa waktu, tapi persediaan sayuran, susu, dan kebutuhan pangan lainnya semakin menipis. Persediaan darurat kita sendiri akan habis dalam beberapa hari," ungkap UNICEF.</span>

400 Ribu Orang Terjebak di Homs

PBB menyuarakan keprihatinan mereka atas nasib perempuan dan anak-anak yang terperangkap di Kota Homs, Suriah, Sabtu (3/8/2013). PBB kemu...

Baca selengkapnya »