Kado Terindah - Mencari hadiah, ternyata bukan hal yang mudah. Sudah berkali-kali
berputar di sepanjang pertokoan, tetap belum menemukan sesuatu yang
sreg. Ingin rasanya mendapatkan kado terindah yang dapat membuat hati
sang penerima merasa senang. Terutama jika kado tersebut akan diberikan
pada seseorang yang teristimewa, sahabat dekat.
Menyebut nama sahabat tersebut, rasanya begitu banyak kebaikan yang
telah saya terima. Tak terhitung pula, barang pemberian darinya. Tanpa
diminta, sepertinya ia selalu tahu apa yang sedang saya perlukan. Ketika
saya belum memiliki overcoat untuk penahan di musim dingin, dengan baik
hati, ia ‘melungsurkan’ satu overcoatnya untuk saya. Begitu juga ketika
pindahan rumah, dengan baik hatinya ia ‘mewariskan’ beberapa peralatan
rumah tangga. Pun ketika pulang dari berwisata, saya selalu kebagian
oleh-oleh. Tak hanya barang, sahabat inipun akan memberikan bantuan
berupa kata-kata penyemangat serta doa jika saya ‘curhat’. Dengan alasan
itulah, saya ingin mencari kado untuknya. Sebagai balas budi dan untuk
lebih mengakrabkan tali ukhuwah.
Kembali ke pencarian kado, ketika sedang serius memilih barang,
tiba-tiba dari arah belakang, kaki terasa ada yang menubruk. Reflek
badan membalik ke belakang. Dan nampaklah, satu orang wanita muda Jepang
dengan kursi rodanya. Dilihat dari penampilan, tubuhnya cacat tak bisa
digerakkan. Hanya tangannya saja yang masih berfungsi untuk menggerakkan
kursi roda otomatisnya. “Sumimasen… (Maaf…), ” berat terdengar suaranya
disertai mimik bersalah ketika saya membalikan badan. Wajahnya tampak
mulai tersenyum ketika saya katakan, “tidak apa-apa. “
Saya perhatikan, kursi rodanya nampak berjalan ke arah etalase lain.
Dan mulai memperhatikan barang di sana. Tak tega membiarkanya sendiri,
saya berlari kecil ke arahnya dan berkata, “Jika ada yang perlu
diambilkan, saya akan bantu, ” Sesaat matanya memandang ke arah saya.
Kemudian wajahnya tampak sumringah, terlihat hendak menganggukkan
kepalanya yang sulit digerakan, sebagai tanda terima kasih.
Entah kenapa, hari itu jadilah saya dan wanita Jepang berkursi roda
tersebut melakukan windowshopping bersama. Dari ceritanya, ia telah
mengalami cacat sejak kecil. Beberapa syarafnya tidak berkembang normal.
Namun, ia tak pernah menyesal keadaan. Ia bersyukur masih diberi
kesempatan hidup dengan ketidakberdayaannya. “Hidup harus disyukuri, ”
begitu ucapnya. Cerita terputus ketika, seorang berseragam putih
mendatangi. Perawat dari panti rehabilitasi-tempat tinggalnya sudah
menjemput. Kami berpisah, tanpa sempat saling menanyakan tempat tinggal.
Saya terduduk di bangku istirahat. Mulai mengamati diri. Mata dapat
melihat, telinga mendengar, kaki bergerak bebas, tubuh normal. Tidak
hanya itu, saya diberi kebebasan 24 jam menghirup udara gratis, diberi
rizki, diberi kesehatan…. Subhanallah, begitu besar pemberian yang telah
Allah berikan. Pemberian yang tak mungkin dapat dihitung. Tidak hanya
jumlah, Allah swt pun telah memberikan sesuatu yang sangat berharga pada
saya, yaitu memiliki iman Islam. Sebuah pemberian yang tak dapat
diwariskan dari siapapun kecuali dari hidayah Allah.
Untuk balas budi atas pemberian-Nya, apa yang telah saya berikan?
Sudahkan saya memberikan kado istimewa yang indah, bagus yang dapat
diterima oleh-Nya? Yang dapat mendekatkan diri saya pada-Nya? Bersyukur
dan berterima kasih pada-Nya dengan hati yang ikhlas?
Saya mulai mengingat-ngingat, terkadang shalat saya masih tidak tepat
waktu. Sedekah hanya dilakukan ala kadarnya, puasa kadang hanya sebatas
memenuhi yang wajib, dalam amalan pun mungkin terselip ria tanpa
keikhlasan. Betapa saya belum bisa memberikan kado terindah atas semua
pemberian dari-Nya. Ibadah, rasa syukur saya masih belum sebanding.
Padahal dengan rasa cinta-Nya, Dia selalu memberi… Memberi dan Maha
Pemberi.
Saya kembali teringat wanita Jepang dengan kursi rodanya. Yang tetap
bersyukur dengan semua keberadaannya. Teringat pula sahabat karib yang
selalu selalu memberi. Betapa bahagianya saya bisa mengenal kedua orang
tersebut. Yang secara tidak langsung mengingatkan diri, betapa banyak
hal yang harus saya syukuri.
Seolah tersadar, saya melirik jam tangan. Waktu ashar telah tiba.
Bergegas saya meninggalkan bangku istirahat pertokoan tersebut. Mencari
tempat yang kira-kira aman untuk shalat. Tak ingin rasanya waktu
berharga ini dilewatkan. Karena saat inilah kesempatan saya untuk
menumpahkan rasa syukur. Berterima kasih atas semua yang telah
diberikan-Nya selama ini. Mudah-mudahan ini dapat menjadi amalan ‘kado’
terindah, yang dapat menunjukan bukti kecintaan saya pada Allah, Sang
Maha Pemberi.
***
“Adalah Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam shalat hingga kedua telapak
kaki dan betisnya bengkak. Aisyah ra berkata kepada beliau, “Mengapa
Anda mengerjakan yang demikian? Bukankah dosa Anda yang telah lalu
maupun yang akan datang telah diampuni?” Beliau Rasulullah saw menjawab,
“Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang selalu
bersyukur?”(HR bukhari dan Muslim)
Terima kasih atas kunjungan nya, Untuk Melihat Artikel lainnya,
Silahkan Lihat Daftar Isi
Silahkan Lihat Daftar Isi
Suluah Bendang
Kado Terindah.
Author by : Edi Murfin. Selasa, 03 September 2013
Description : Kado Terindah - Mencari hadiah, ternyata bukan hal yang mudah. Sudah berkali-kali berputar di sepanjang pertokoan, tetap belum menemuka...
Mari Bantu Membagikan Kado Terindah ini. Melalui Sosial Media Dibawah, Insya Allah akan membawa Baraqah bagi kita semua. Aamiin YRA
Author by : Edi Murfin. Selasa, 03 September 2013
Description : Kado Terindah - Mencari hadiah, ternyata bukan hal yang mudah. Sudah berkali-kali berputar di sepanjang pertokoan, tetap belum menemuka...
Mari Bantu Membagikan Kado Terindah ini. Melalui Sosial Media Dibawah, Insya Allah akan membawa Baraqah bagi kita semua. Aamiin YRA
Posting Komentar