Allah telah mentakdirkan kita sebagai satu kaum yang menempati dataran tinggi dan rendah. Berbukit, berlurah, dihiasi tebing dan munggu. Sungainya mengalir melingkar membalut negeri, seperti Batang Sianok diam – diam mengalir terus. Akhirnya bermuara di pinggir laut di Batang Masang dan Katiagan. Ditingkah gemercik air menimpa dedaunan dipagi hari. Bila hujan pun tidak turun, embun tetap menyuburkan tanah. Dikelilingnya didapati sawah berjenjang, ladang berbintalak. Diapit gunung menjulang tinggi, dikawal Singgalang dan Merapi. Danau Maninjau airnya biru, tampak nan dari Embun Pagi.. Sungguhpun risau sering mengganggu, kampung halaman selalu menanti. Indah sekali.
Alam yang indah karunia Ilahi ini, seakan “qith’ah minal jannah fid-dunya”, sepotong sorga tercampak ke bumi. Mengundang orang yang datang berdecak kagum. Keindahan alam ini, bertambah cantik, karena ada pagar adat yang kuat dan agama yang kokoh. Tampak dalam tata pergaulan dan sikap laku sejak dahulu. Masyarakatnya ramah. Peduli dengan anak dagang.
Pendidikannya maju. Dengan negeri ribuan dokter, dan para ahli. Hanya didataran tinggi ini, ditemui Parabek dan Canduang. Tempat bermukim para penuntut ilmu dari seluruh penjuru. Bahkan dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Pattani. Di samping dari seluruh Nusantara, bahkan dari Aceh, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Di sini pula didapati satu-satunya Kwek School, sekolah guru, kata orang doeloe, yang melahirkan banyak pujangga dan pendidik. Dari halaman negeri ini menjadi tempat bermain para cendekiawan, Agus Salim, Hatta, Syahrir, Natsir, dan sederetan nama yang panjang, yang dikenal menjadi negarawan yang diakui. Dan ini adalah bahagian dari kaba itu.
Bila kaba ini ingin di lanjutkan pula. Yang bersua adalah hidup anak negeri berpagarkan nilai-nilai.
Nilai-nilai Adat
Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaidah-kaidah adat itu memberikan pula pelajaran-pelajaran ke dalam tatanan hidup masyarakatnya.
Masyarakatnya rajin bekerja, Ka lauik riak mahampeh. Ka karang rancam ma-aruih. Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh. Jiko mencancang, putuih – putuih. Lah salasai mangko-nyo sudah. Artinya setiap yang dilakukan haruslah program oriented. Sama sekali bukanlah kemauan perseorangan (orientasi personal) semata.
Sejak dari perencanaan hingga sasaran yang hendak dicapai terpolarisasi melalui persilangan pendapat masyarakat di tempat mana program itu akan dilaksanakan seiring dengan pranata sosial budaya (social and cultural institution) yang menjadi batasan-batasan perilaku manusia atas dasar kesepakatan bersama dan menjadi kesadaran kolektif di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan main dalam menata kehidupan bersama.
Pranata sosial masyarakat beragama di Sumatera Barat yang didiami masyarakat adat Minangkabau semestinya berpedoman (bersandikan) kepada Syarak dan Kitabullah. Agama Islam yang bersumber kepada Kitabullah (Al Quranul Karim) dan Sunnah Rasulullah itu, maka pelaksanaan atau pengamalannya tampak atau direkam dalam praktek ibadah, pola pandang dan karakter masyarakatnya, sikap umum dalam ragam hubungan sosial penganutnya. Dalam keniscayaan ini, maka kekerabatan yang erat menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan. Kekerabatan tidak akan wujud dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak.
Pembentukan karakter atau watak berawal dari penguatan unsur unsur perasaan, hati (qalbin Salim) yang menghiasi nurani manusia dengan nilai-nilai luhur yang tumbuh mekar dengan kesadaran kearifan dalam kecerdasan budaya serta memperhalus kecerdasan emosional serta dipertajam oleh kemampuan periksa evaluasi positif dan negatif atau kecerdasan rasional intelektual yang dilindungi oleh kesadaran yang melekat pada keyakinan (kecerdasan spiritual) yakni hidayah Islam. Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini akan melahirkan tindakan terpuji, yang tumbuh dengan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas).
Masyarakat Sumatera Barat dengan Penduduk terbesar memiliki ciri khas adat Minangkabau berfilososi ABSSBK adalah masyarakat beradat dan beradab. Kegiatan hidup bermasyarakat dalam kawasan ini selalu dipengaruhi oleh berbagai lingkungan tatanan (system) pada berbagai tataran (structural levels)
Yang paling mendasar tatanan nilai dan norma dasar sosial budaya yang akan membentuk Pandangan hidup dan panduan dunia (perspektif), yang akan (a). memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat kota dan kabupaten di Sumatera Barat, berupa sikap umum dan perilaku serta tata-cara pergaulan dari masyarakat itu. (b). menjadi landasan pembentukan pranata sosial keorganisasian dan pendidikan yang melahirkan berbagai gerakan dakwah dan bentuk kegiatan yang akan dikembangkan secara formal ataupun informal. (c). menjadi pedoman petunjuk perilaku bagi setiap dan masing-masing anggota masyarakat di dalam kehidupan sendiri-sendiri, maupun bersama-sama. (d). memberikan ruang dan batasan-batasan bagi pengembangan kreatif potensi remaja di Sumatera Barat dalam menghasilkan buah karya sosial, budaya dan berdampak ekonomi, serta karya-karya pemikiran intelektual, yang akan menjadi mesin perkembangan dan pertumbuhan Sumatera Barat di segala bidang.
Sebagai contoh, Pemilihan Uni Uda sebagai Duta Wisata Sumatera Barat mestinya harus jelas kriteria yang akan menyandangnya. Uni Uda adalah generasi muda yang mengenal adat budayanya dan mentaati agamanya dengan sifat sifat mulia diantaranya lembut hatinya, penyabar, penyayang kepada sesama, keras dalam mempertahankan harga diri, tegas, teguh dan kuat iman dalam melaksanakan suruhan Allah, pendamai, suka memaafkan dan mampu menjadi pemimpin masyarakatnya.
Generasi Muda di Minangkabau memiliki sifat sebagai digambarkan dalam filosofi adatnya sebagai berikut; “Adopun nan di sabuik rang mudo, tapakai taratik dengan sopan. Mamakai baso jo basi. Tahu di ereang jo gendeang. Mamakai raso jo pareso. Manaruah malu dengan sopan. Manjauhi sumbang jo salah. Muluik manih baso katuju. Kato baiak kucindan murah, pandai bagaua samo gadang. Hormat kapado ibu bapo. Khidmat kapado urang tuo-tuo. Takuik kapado Allah, manuruik parentah Rasulullah. Tahu di korong dengan kampuang, tahu di rumah dengan ranggo. Takuik di budi katajua. Malu di paham ka tagadai. Tahu di mungkin dengan patuik. Malatakkan sasuatu pado tampeknyo. Tahu di tinggi dengan randah, Bayang-bayang sapanjang badan. Bulieh ditiru dituladan. Kasuri tuladan kain, kacupak tuladan batuang. Maleleh buliaeh dipalik, manitiak bulieh ditampuang. Satitiak bulieh dilauikkan, sakapa dapek digunuangkan. Capek kaki ringan tangan. Namuah di suruah di sarayo. Iyo dek urang di nagari.”. Inilah, harkat generasi muda yang akan menyandang gelar uni dan uda di Ranah Bundo Sumbar.
Kaidah dari nilai-nilai adat ini tiada lain adalah penerapan dinamika kehidupan masyarakat yang inovatif, kreatif, yang sangat diperlukan untuk pengembangan daerah dalam menggali potensinya. Dek sakato mangkonyo ado, dek sakutu mangkonyo maju, dek ameh mangkonyo kameh, dek padi mangkonyo manjadi. Arti yang lebih menukik adalah kooperatif. Adalah wajar sekali, kalau bapak koperasi itu lahir dari putra Minangkabau. Ada suatu unggulan yang sangat spesifik dan mendorong kepada optimisme yang tinggi. Lebih egaliter, tak pernah mau dikalahkan. Konsekwensinya, adalah siap tampil dengan keungulan. Tidak hanya semata tampil beda.
Pariwisata yang dikaitkan dengan ekonomi kreatif berarti ada upaya yang jelas dan terang mencapai tingkat kemakmuran masyarakat disekitarnya. Makmur tidak milik satu orang. Kemakmuran akan terpelihara bila keamanan terjamin. Semua orang dapat menimati kemakmuran secara patut dan pantas dalam keserta-mertaan. Dalam pengembangan setiap usaha diperlukan pemerataan penghasilan. Karena itu perhatian dengan penuh kehati-hatian sangatlah penting. Ingek sabalun kanai, Kulimek balun abih, Ingek-ingek nan ka-pai. Agak-agak nan ka-tingga.
Teranglah sudah …., bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang pembangunan masyarakat lahir dan batin material dan spiritual pasti dia akan menemui disini satu iklim kejiwaan (mental climate) yang subur. Bila pandai menggunakannya dengan tepat akan banyak sekali membantunya dalam usaha membangun anak nagari dan kampung halaman. Artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk menatap setiap peradaban yang tengah berlaku. Melupakan atau mengabaikan ini, lantaran menganggap sebagai barang kuno di zaman modernisasi ini berarti satu kerugian. Sebab berarti mengabaikan satu partner “yang amat berguna” dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Nilai Agama
Masyarakat Minang khususnya di Sumatera Barat umatnya seratus prosen Islam. Sungguhpun kita menyaksikan satu kondisi terjadinya pergeseran pandangan masyarakat dewasa ini. Namun, perpaduan budaya di Sumatera Barat dengan upaya melaksanakan secara murni konsep agama dalam setiap perubahan maka peradaban akan kembali gemerlapan. Berpaling dari sumber kekuatan murni dengan menanggalkan prinsip syar’i dan akhlak Islami akan berakibat fatal untuk umat Islam dan penduduk Sumatera Barat.
Nilai nilai luhur adat budaya menjadi sempurna dengan bimbingan nilai Agama Islam. Kembali kepada watak Islam tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bila kehidupan manusia ingin diperbaiki. Sebagaimana Firman Allah menyebutkan ;
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka ? (Pada hal), Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.
Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya” (QS.30, Ar-Rum, ayat 9-10).
Tuntutan kedepan agar umat lahir dengan iman dalam ikatan budaya (tamaddun). Rahasia keberhasilan adalah “tidak terburu-buru” dalam bertindak. Tidak memetik sebelum ranum. Tidak membiarkan jatuh ketempat yang dicela. Kepastian adanya husnu-dzan (sangka baik) sesama umat. Kekuasaan akan berhasil jika menyentuh hati nurani rakyat banyak, sebelum kekuasaan itu menjejak bumi. Ukurannya adalah adil dan takarannya adalah kemashlahatan umat banyak. Kemasannya adalah jujur secara transparan.***
Terima kasih atas kunjungan nya, Untuk Melihat Artikel lainnya,
Silahkan Lihat Daftar Isi
Silahkan Lihat Daftar Isi
Suluah Bendang
Adat,Syara' dan Kitabullah Di Minangkabau.
Author by : Edi Murfin. Minggu, 28 Juli 2013
Description : Oleh : Buya Mas’oed Allah telah mentakdirkan kita sebagai satu kaum yang menempati dataran tinggi dan rendah. Berbukit, berlurah, di...
Mari Bantu Membagikan Adat,Syara' dan Kitabullah Di Minangkabau ini. Melalui Sosial Media Dibawah, Insya Allah akan membawa Baraqah bagi kita semua. Aamiin YRA
Author by : Edi Murfin. Minggu, 28 Juli 2013
Description : Oleh : Buya Mas’oed Allah telah mentakdirkan kita sebagai satu kaum yang menempati dataran tinggi dan rendah. Berbukit, berlurah, di...
Mari Bantu Membagikan Adat,Syara' dan Kitabullah Di Minangkabau ini. Melalui Sosial Media Dibawah, Insya Allah akan membawa Baraqah bagi kita semua. Aamiin YRA
Posting Komentar