Waktu berbuka, adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Waktu yang dinanti-nantikan oleh orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Maka begitu tiba waktu berbuka, terasa gembira dan bahagia sekali. Bahkan detik-detik menjelang berbuka, menjelang beduk berbunyi, rasanya sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata, dengan angka dan aksara. Betapa gembira dan bahagianya ketika itu. Terasa memenuhi seluruh rongga, jiwa dan raga. Justru itulah maka Rasulullah mengatakan bahwa orang yang berpuasa itu akan mendapat dua kegembiraan sebagaimana sabda beliau: “Orang yang berpuasa itu akan mendapat dua kegembiraan. Yang pertama gembira ketika berbuka, dan yang kedua gembira ketika berjumpa dengan Tuhannya di kemudian hari nanti.”
Walaupun berbuka hanya segelas air putih, akan tetapi terasa begitu nikmat ketika meminumnya. Bahkan lebih nikmat bila dibandingkan dengan meminum segelas kopi susu atau teh manis bagi orang yang tidak puasa.
Tapi kendatipun demikian, jangan pula dijadikan waktu berbuka itu seakan tempat melepaskan dendam. Dikarenakan seharian menahan lapar dan dahaga, menahan diri dari bersenggama, dan dari yang membatalkan puasa, maka begitu tiba waktu berbuka semua dimakan dan diminum. Seakan tidak boleh ada makanan dan minuman yang tersisa. Selagi selera masih mau, selagi makanan atau minuman masih ada, semua disikat, tanpa memperhitungkan daya tampung perut dan kekuatannya untuk mencerna. Akhirnya jangankan untuk melaksanakan sholat, mau berdiri dan bangun saja dari tempat duduk sudah terasa payah. Bahkan ada yang sempat muntah karena kekenyangan.
Yang demikian itu bukan saja tidak mendapat pahala dikarenakan tidak mengikuti cara Rasulullah dalam berbuka, akan tetapi tidak jarang mengundang datangnya penyakit. Di mana perut atau usus yang tadinya kosong kemudian diisi sebanyak-banyaknya secara mendadak tanpa didahului dengan mukadimah. Maksudnya dengan minuman atau makanan ringan sebagai pendahulu. Usus yang bagaimana yang tidak akan rusak kalau demikian caranya. Padahal salah satu rahasia puasa itu untuk menjadi orang bertambah sehat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Shuumuu tashih-huu” (Puasalah kamu agar kamu sehat)
Tata Cara Berbuka
Dalam hal berbuka ini ada tata cara yang harus kita ikuti. Tata cara itu sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam salah satu haditsnya yang berbunyi: “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”
Hadits Nabi ini menggambarkan kepada kita bagaimana cara berbuka yang baik. Yaitu dengan makanan yang manis, yang lunak dan mudah dicerna. Biasanya rasulullah kalau berbuka didahului dengan meminum air zam-zam atau air putih yang kemudian diiringi dengan beberapa biji kurma. Yang demikian itu boleh dikatakan sebagai mukadimah. Dengan kata lain, begitu masuk waktu berbuka maka tidak semua langsung dimakan atau disikat.
Rasulullah dalam setiap berbuka atau katakanlah setiap waktu makan, tidak pernah terlalu kenyang. Bahkan tidak sampai kenyang. Kurang lebih 2/3 dari perut itu yang diisi, dan 1/3 lagi dikosongkan. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, bahwa beliau tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.
Yang lebih penting untuk diperhatikan dalam berpuasa ini bukan sekedar mengosongkan perut, tapi waktu mengisinya kembali yaitu waktu berbuka perlu diperhatikan. Kalau tidak, bahaya yang akan datang. Justru itu makan dan minum janganlah berlebihan atau kekenyangan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al’araf ayat 31 yang artinya: “Dan makan dan minumlah kamu, akan tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.”
Justru itulah masalah makanan ini perlu juga dijaga dan diperhatikan. Maksudnya tidak semua harus dimakan atau ditelan. Akan tetapi harus dipertimbangkan daya tampung perut dan kemampuannya untuk mencerna. Kalau tidak, hal ini nanti akan bisa menimbulkan bencana terhadap fisik. Bahkan bukan hanya sekedar itu. Kata orang-orang ahli Tasawuf “Memperturutkan selera atau kemauan perut dalam masalah makan tanpa ada batas sebagaimana yang digariskan oleh Rasulullah, yaitu berhenti sebelum kenyang, dengan kata lain orang yang makannya banyak, maksudnya setiap makan selalu kekenyangan, juga bisa menjadi penyakit jiwa. Yaitu penyakit loba, tamak dan serakah.”
Awali dengan do’a
Setidaknya ketika akan berbuka bacalah bismillah. Dan akan lebih bagus lagi, lalu diiringi dengan do’a. umpamanya do’a sebagai berikut: “Allaahummalaka shumtu wabika aamantu wa‘alaa rizqika afthortu dzahaba zhomau wa abtal-latil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insyaaa Allaahu ta’alaa birohmatika yaa arhamar-rohimiin.” (Yaa Allah! Karena-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku berbuka. Dahaga telah hilang, urat-urat telah basah (segar). Mudah-mudahan tetap pahalanya. Dengan rahmat-Mu, wahai dzat yang Maha Pengasih)
Dan akan bertambah bagus lagi, kalau seusai berbuka, setiap selesai makan, bacalah do’a sebagai berikut: “Alhamdulillaahil-ladzii ath ‘amanaa wasaqoonaa wal’alnaa minasy-syakiriin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kepada kami. Dan jadikanlah kami dari golongan orang-orang yang bersyukur)
Mempercepat berbuka
Mempercepat berbuka di sini bukan berarti berbuka sebelum waktunya, tidak. Akan tetapi begitu tiba waktunya langsung berbuka. Jangan sekali-kali ditunda dengan mengerjakan sholat maghrib terlebih dahulu baru berbuka. Sebab yang demikian itu tidak akan menambah pahala. Tapi kalau kita cepat berbuka, kita akan mendapat pahala dari amalan sunah yang kita kerjakan itu. Sebab mempercepat berbuka itu hukumnya sunah.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Manusia itu selalu berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Kemudian ada satu lagi hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang artinya: “Adalah Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa biji kurma sebelum Sholat.”
Memberikan Perbukaan
Bulan Ramadhan ini bulan yang penuh berkah. Bulan di mana amal ibadah kita dilipat-gandakan pahalanya. Justru itulah sebaik-baiknya sedekah itu pada bulan Ramadhan. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Turmuzi dari Anas bin Malik yang berbunyi: “Afdholush shodaqoti shodaqotun fii romadhoona” (Seutama-utamanya sedekah ialah di bulan Ramadhan)
Sedekah yang lebih besar lagi pahalanya ialah memberi orang yang berbuka. Hal ini dijelaskan oleh Nabi di dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Achmad dari Zaid bin Khalid yang artinya: “Barangsiapa yang memberikan makanan berbuka kepada seseorang yang berpuasa, niscaya dia akan memperoleh pahala sebagaimana yang diperoleh orang yang mengerjakannya dengan tidak kurang sedikitpun.”
Dari keterangan kedua hadits tersebut semakin jelas bagi kita bahwa bersedekah di bulan Ramadhan itu mendapat nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bersedekah di bulan lain. Dengan memberi sedekah kepada orang yang berpuasa dengan jalan memberinya berbuka, akan mendapat pahala yang sama pahalanya dengan orang yang megerjakan puasa itu. Narasumber: buku “Puasa bukan sekedar kewajiban”
Terima kasih atas kunjungan nya, Untuk Melihat Artikel lainnya,
Silahkan Lihat Daftar Isi

Suluah Bendang

thumbnail Berbuka Puasa Ala Rasulullah.
Author by : Edi Murfin. Senin, 29 Juli 2013
Description : Waktu berbuka, adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Waktu yang dinanti-nantikan oleh orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Maka b...

Mari Bantu Membagikan Berbuka Puasa Ala Rasulullah ini. Melalui Sosial Media Dibawah, Insya Allah akan membawa Baraqah bagi kita semua. Aamiin YRA

Bagikan Berbuka Puasa Ala Rasulullah

Posting Komentar

 
 
 
Top